About

@januartiP

Jumat, 03 Juli 2015

Cerita Tentang Aku dan Kamu: #1

"Eh, bentar. Ini anaknya Pak Wandi bukan, ya?" Tanya sang Ibu yang duduk di sebelah ku.
"Eh, Ibu. Bukan, bu. Aku anaknya Pak Rudi." Jawab ku.
"Oh iya iya, Ibu ingat. Pantas daritadi Ibu ingat-ingat siapa. Soalnya familiar mukanya." Ujarnya.
Beliau adalah guru TK ku. Yang telah berjasa mendidik aku saat aku belum banyak mengetahui banyak hal, saat aku begitu banyak bertanya tentang segala hal, saat rasa keingintahuan seorang anak kecil yang sangat besar itu harus mempunyai jawaban. Namanya Ibu Sari. Yang aku ingat, beliau mempunyai dua buah hati. Dan yang paling aku ingat anak bungsunya. Arif. Karena kami sempat kenal dulu. Saat masih kanak-kanak. Bermain bersama. Walau ia lebih tua dari ku. Ya bisa dibilang dia adalah kakak kelas ku. Tapi, ia biasa ikut dengan Bu Sari ke TK.
"Kelas berapa sekarang? Pangling Ibu liatnya. Udah gadis lagi sekarang. Tambah cantik."
"Baru lulus, Bu. Alhamdulillah. InsyaAllah tahun ini kuliah."
"Oh, baru lulus. Bawahnya Arif, ya? Arif, sudah kuliah."
"Iya Bu, dibawahnya Arif. hehe."
"Ibu mu kemana? Gak tarawihan?"
"Mamah tarawih di rumah, Bu." 
Salam penutup dari sang penceramah menyadarkan kita, bahwa ceramah malam ini sudah selesai. Itu menandakan bahwa kami harus lanjut melaksanakan shalat tarawih.
Setelah selesai tarawih, kami saling bersalaman satu sama lain ditemani kumandang salawat nabi yang dinyanyikan oleh imam tarawih malam itu.
"Pulang duluan ya, Bu." Pamit ku sambil bersalaman.
"Oh iya iya, salam buat mamah mu di rumah, ya." sambung Bu Sari.
Tak sadar ternyata daritadi ada yang memperhatikan ku dari luar masjid. Oh, itu Arif. Mungkin ia sedang menunggu Ibunya yang sedang bersalam-salam dengan Ibu-Ibu lainnya. Aku bergegas pulang. Arif hanya memperhatikan ku sambil menggulung sajadah di luar masjid yang habis digunakan oleh anak-anak. Aku hanya melempar senyum kepadanya. Tanpa menyapa satu sama lain.
Ada yang aneh saat kami saling bertukar pandang. Ia salah tingkah sampai ia tak sadar menabrak pagar masjid. Aku tertawa kecil melihatnya. Konyol. Ternyata hanya mulut ku saja yang tertawa. Hati ku bergetar tak karuan. Ada apa ini?

Malam selanjutnya aku melakukan hal yang sama. Berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat tarawih. Namun, dengan membawa sedikit harapan. Ya, aku ingin bertemu lagi dengan Arif. Aneh. Iya, aneh. Kenapa aku bisa berharap seperti itu? Bukankah setiap kali tarawih kami bertemu?
Setelah selesai tarawih, aku segera bergegas keluar masjid lalu pulang. Ya, aku bertemu lagi dengannya di pagar depan pintu masuk laki-laki. Masih sama, aku hanya senyum dan ia pun membalas senyum ku.
"Eh, ini Nayla kan?" Tanya Arif dengan muka yang terlihat salah tingkah.
"Emm, Nay gue kesana dulu ya. Gue tunggu di sana, deh." Ucap Kezya teman ku. Aku hanya mengiyakan memberi isyarat dengan menganggukan kepala.
"Iya, Rif. Ada apa?"
"Oh engga engga." Sambil memalingkan pandangan ke lingkungan sekitar.
Setelah itu, hanya ada hening yang panjang diantara kami.
"Emm.. Yaudah kalau gitu aku pulang duluan ya, Rif." Menyadarkan bahwa diantara kami sedaritadi tidak ada percakapan.
 "Oh, iya iya. Hati-hati, Nay."
Tanpa membalas perhatiannya aku langsung bergegas menuju Kezya yang sudah menunggu ku daritadi untuk segera pulang. Sepanjang perjalanan pulang, aku senyum-senyum sendiri. Kezya daritadi memperhatikan ku, ia yang menyadarkan ku saat tak sadar ada senyum yang sangat terlihat bahagia diwajah ku.
"Kayaknya ada yang lagi seneng karena rindunya akhirnya tersampaikan juga."
"Ah, apaan sih Kez. Jangan gitu dong. Malu nih. Lo tau kan apa yang gue rasain, Kez?"
"Ga perlu ditanya gue daritadi udah ngerasain apa yang lo rasain, Nay. Lo masih suka ya sama si Arif?"
"Gue gak tau, Kez."
"Wake up, Nay. Dari dulu lo anggap dia cuma cinta monyet lo."
"Iya gue tau, tapi kan itu dulu, Kez. Kalau sekarang gue bener-bener cinta sama dia gimana?"
Kezya menatap ku tajam.
"Kalau itu yang bisa bikin lo bahagia, gue bisa apa?" Ucap Kezya sambil melempar senyum manis andalannya.
"Kezzz, lo emang bener-bener temen gue. Gue sayang sama lo." Sambung ku sambil menggelayut manja di tangan kanannya Kezya.
Kami pulang ke rumah kami masing-masing. Malam itu.. Begitu membuat aku salah tingkah. Padahal, biasanya tidak pernah seperti ini. Dulu, setiap kali aku bertemu dengan Arif rasanya biasa saja. Tapi untuk kali ini sangat berbeda dari biasanya.
Malam yang indah ditemani lantunan lagu dari Adele membuat malam ku sempurna.

2 komentar:

Boleh kok isi kotak komentar berupa kritik dan saran. :)